- Back to Home »
- Selalu Ada Cinta Untuk Jusuf Kalla
Posted by : mulhaeri azzahra
Selasa, 08 Juli 2014
Ayah: Selalu Ada Cinta Untukmu
Sebuah Titipan Rindu Untuk Jusuf Kalla
Untukmu Ayah ... pemegang matahari pagi, sang pembawa kehangatan
untukku!
Bagaimana kabarmu saat ini, ayah??? Tersebar di media kalau engkau
sudah dua kali masuk Rumah Sakit di musim kampanye Pilpres ini. Ya ...
terkadang memang saya berpikiran kalau saatnya engkau beristirahat menikmati
hari senjamu, bukankah istri dan anak-anakmu juga awalnya menginginkan demikian
saat engkau menyampaikan maksud untuk mencalonkan diri lagi sebagai Cawapres,
tapi lagi-lagi kau selalu membuat keluargamu tak berkutik saat ucapan yang kau
lontarkan menggetarkan hati : “Indonesia Membutuhkan Bapak”. Entah ... mungkin saya
pun akan terdiam terharu andaikan kata-kata itu kau lontarkan dihadapanku.
Indonesia membutuhkan bapak :’( ... sungguh hatimu begitu mulia, ayah!
Ayah ... Inilah negeri kita hari ini. Negeri Boneka kalau saya bisa
mengatakan demikian. Semua individu seperti sudah tidak mempunyai hak asasi
lagi. Semua ditunggangi oleh kepentingan politik yang ujung-ujungnya mengadu
domba. Para anggota dewan berlomba-lomba membalas denda Kita krisis
keteladanan, krisis kepemimpinan, krisis percaya diri ... dan sepertinya negeri
kita terancam kiamat yang tingga menunggu waktu ...
m atas perlakuan tidak
baik yang diterimanya pada pemerintahan sebelumnya. Negara kita yang dikenal di
mata dunia dengan sopan santun dengan adat ketimurannya luntur begitu saja
seiring meraja lelanya caci maki yang sudah menjadi konsumsi publik yang
dilakukan oleh pejabat negeri ini. Korupsi meraja lela seperti lingkaran setan
yang tidak ada ujungnya. Aparat keamanan yang justru membuat kekacauan. Sang
pemimpin keadilan justru yang berbuat tidak adil. Sang ustadz yang justru
membuka aibnya sendiri.
Tapi kau hadir, ayah! Dengan kesederhanaanmu. Nada ceplas-ceplosmu.
Turun tangan ditengah yang lainnya masih berkutat teori-teori basi yang hanya
memperdengarkan retorika hebatnya.
Ya ... kau tidak akan mungkin bisa semulia Muhammad, saw., Setangguh
Umar bin Khattab, Sezuhud Umar Bin Abdul Aziz ... tapi ayah, saya melihat ada
kehangatan pagi yang selalu engkau bawa dalam hari-harimu. Wajahmu yang tak
lagi muda masih menyisakan sejuta cinta untuk Indonesia ...
Ayah ... saya telah jauh mengetahui sosokmu saat saya masih kecil dulu.
Ayah kandung saya pun begitu mengagumi kesederhanaanmu dalam bersikap. Beliau
selalu bercerita tentangmu pada kami, yang hanya mampu kuimajinasikan dalam
dunia khayalanku yang sangat canggih. Baru ketika saya menginjak usia dewasa
dan mulai paham sedikit tentang politik, saya baru sadar bahwa ayahku tidak
salah mengagumimu. Dan saya semakin jatuh cinta padamu saat mengetahui
keseharianmu dari orang-orang dekatmu kalau engkau sangat menyayangi bundamu,
Athirah. Engkau rela tidak menempuh
pendidikanmu setinggi-tingginya seperti yang adik-adikmu lakukan hanya untuk
menjaga ibumu. Ya ... dan sejarah membuktikan, orang-orang hebat di dunia ini
adalah mereka yang memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Ayah ... kali ini saya akan jujur dari lubuk hatiku yang terdalam kalau
pada Pilpres nanti bukan engkau yang menjadi pilihanku. Mungkin engkau tidak
masalah dengan ini ... tapi jujur, karena ini berhasil membuat mataku bengkak
semalam. Ayah ... bukan karena saya mau menjadi anak durhaka, tidak, saya tahu
ayah bisa, tapi pilihan hatiku telah menetapkan yang lain, ayah. Saya tahu ayah
tidak akan marah, karena ayah adalah orang bijaksana yang pernah kudengar. Tapi
percayalah ayah, apapun itu engkau selalu menjadi tokoh kukagumi. Mungkin ayah tidak tahu ... kalau ada dua
sosok Jusuf dari Bone yang selalu kukagumi dn membuatku selalu bangga jadi
orang Bone. 1. Jendral Jusuf (Sang Panglima TNI yang ikut membela Tanah Air
pada G 30 / S PKI dan otak dibalik penyimpanan naskah asli Supersemar, 2. Jusuf
Kalla (mantan wakil presiden RI yang menjadi pemegang andil perdamaian
Timor-Timor dan Aceh, serta otak dibalik kasus Bank Century)
Ayah ... apapun yang terjadi ... saya selalu mendoakanmu dari jauh agar
Allah selalu memberikan yang terbaik untukmu, ayah!!! Percayalah ... dibalik
semua ini, biarkan tangan-tangan Allah berperan ... karena kita tidak akan
merasakan tenangnya fajar sebelum melewati kisruhnya malam.
Dariku
Chaery Ma (Yang selalu mendoakanmu dalam diam)