Posted by : mulhaeri azzahra Senin, 25 Agustus 2014









Namanya Amira. Nur Amira Nusi. Dia ... perempuan yang selalu punya rindu untukku ^_^. Apa kabarmu, Dek?! Semoga kau baik-baik saja. Karena kuyakin, dimanapun kau berada selalu ada Allah yang akan melindungimu. Tenang saja, Allah begitu sayang dengan hamba-Nya, hingga terkadang rasa sayang dan cinta itu berwujud tamparan keras yang sangat menyakitkan. Tapi bukankah itu cinta?! Ah, sepedih apapun wujud cinta itu apa mesti dikategorikan cinta lagi?! Atau justru lebih tepatnya disebut kedzhaliman?! Bukan hak kita sebagai manusia untuk masuk dalam ranah yang terlalu filosofi itu. Yang pasti ... sekarang ini, hatiku tersentuh saat kau menandaiku di sebuah statusmu di sosial media. Rasanya ... seperti ... (Ah, tak usah kau tahu, cukup kau tahu saja, kalau aku tersentuh ^_^).

Pernahkah terlintas dalam benakmu, untuk berkeinginan melipat jarak yang membentang jauh diantara kita. Jauh?! Ha ... aku mulai lebay sekarang! Tapi bukankah kita memang terasa jauh sekarang. Jauh dalam artian intensitas pertemuan kita yang mulai jarang. Tidak hanya denganmu. Dengan yang lain pun demikian :(. Entah, mungkin sekarang kita disibukkan oleh aktivitas lain yang lebih banyak menyita perhatian kita, atau mungkin (ini jangan sampai ... ) kefuturan yang mulai menjelma sebagai raksasa di hati kita, menguasai pikiran kita. Apapun itu ... lagi-lagi kukatakan, bahwa semua ini pada dasarnya "wajar". Ya, karena bukan manusia lagi jika hal ini sudah tidak pernah mampir lagi dihari-hari kita. Dan lagi-lagi ... oke, ini "wajar" tapi jangan terlena, meskipun pertemuan kita tidak seintens dulu, paling tidak masing-masing dari kita punya sistem kekebalan tubuh yang siap menyaring mana yang seharusnya kita terima dan mana yang tidak.

Adekku Fillah ... kali ini saya mau bercerita

Cerita yang luar biasa! Sangat layak untuk dibaca.

Cerita ini saya dapatkan dari seorang teman yang mengirimnya via email. Dikutip sang teman dari sebuah e-Book Kumpulan Motivasi. Dia tak menyebutkan siapa penulis cerita yang sangat menyentuh dan menginspirasi ini.

Saya hanya bisa mengucapkan terima kepada orang yang telah menulis cerita yang luar biasa ini. Tak masalah apakah cerita ini kisah nyata atau fiksi. Yang jelas tulisan ini sangat layak untuk dibaca. Jika kamu pernah membaca tulisan ini, silakan baca lagi. Saya tak merasa cukup hanya membacanya sekali. Jika kamu belum pernah membacanya, silakan kamu baca dengan sepenuh hati dan segenap jiwa.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku dan terus menjelaskan, ”Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kakak harus memilikinya…”

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Menariknya ke dalam pelukanku dan menangis….Tahun itu ia berusia 20 aku 23.

Pertama kali aku membawa teman-teman kuliahku ke rumahku, kaca jendela yang pecah telah diganti dan semuanya kelihatan bersih..Setelah teman-temanku pulang..aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. 

”Bu, ibu tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan rumah kita…”

“Tetapi,” katanya sambil tersenyum, ”Itu adalah pekerjaan adikmu..dia pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkkah kamu melihat luka ditangannya.? ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.”

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusuk hatiku. Aku mengoleskan sedikit salep pada lukanya dan membalut lukanya..”Apakah sakit?..”

”Tidak kok Kak…Aku biasa kena batu-batu kak..”

Ditengah kalimatnya aku membalikan punggungku karena air mata mulai menggenang dimataku….Tahun itu adikku 23 tahun dan aku berusia 26 tahun.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Aku berkali-kali mengundang orangtuaku datang dan tinggal dirumahku..tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka sudah merasa dibesarkan didusun dan tidak tahu harus berbuat apa kalau seandainya keluar dari dusun. Adikku juga mengatakan ”Kak jagalah mertuamu saja, saya yang akan menjaga ibu dan ayah disini..”

Suamiku menjadi direktur pabrik..Kami menginginkan adiku kerja di pabrik, akan tetapi adiku tak pernah mau…dia pingin tetap menjaga ayah ibu.

Suatu hari adiku jatuh dari sebuah tangga untuk memperbaiki kabel, ketika dia terkena sengatan listrik dan dia masuk ke rumah sakit…Aku dan suamiku menjenguknya..dan melihat gips putih dikakinya..Aku berkata 
”Mengapa kamu menolak kerja menjadi manajer pabrik di tempat kakakmu…Coba kalau kau terima, tentu kamu tidak akan mengalami seperti ini..”

Dengan tampang serius dia menjawab ”Kak, pikirkan nama baik kakak ipar kak. Ia baru saja menjadi Direktur, sedangkan saya tidak berpendidikan..nanti apa kata orang kalau saya menjadi manajer? Kasihan kakak ipar..”

Mata suamiku dipenuhi airmata, dan kemudian aku berkata ”Tapi kamu kurang berpendidikan itu juga karena aku, kakakmu…”

“Mengapa kakak membicarakan masa lalu?” adikku menggenggam tanganku. Tahun itu ia berusia 26 tahun dan aku 29 tahun.

Adikku kemudian menikahi seorang gadis pada usia 30 tahun. Dalam acara itu pembawa acara perayaan bertanya kepadanya, ”Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?”

Tanpa berpikir panjang adikku menjawab, ”Kakakku.”

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat lagi.
”Ketika kami sekolah SD. Saya dan kakakku sekolah SD di tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal kami..di sebuah dusun yang berbeda..Setiap hari aku dan kakakku berjalan selama kurang lebih dua jam untuk pergi dan pulang ke sekolah..
Suatu hari aku kehilangan satu sarung tanganku…Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai sebuah sarung tangan di tangannya..padahal kami berjalan sangat jauh dan cuaca sedang musim sangat dingin…Ketika kami tiba dirumah, tangan kakakku begitu gemetaran..sehingga ketika makan dia tidak bisa memegang endoknya…….
Sejak hari itu aku bersumpah..selama saya masih hidup aku akan menjaga kakakku dan…aku akan selalu baik kepadanya..”

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kemudian kata-kata begitu susah keluar dari bibirku. Dalam hidupku..orang yang paling berjasa padaku adalah adikku..orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku…
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia itu..di depan kerumunan perayaan itu..air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai….
__________________________________________________________________________________

:'(:'(:'(
Terima kasih dek, karena kau telah menamparku dengan kasar tapi halus melalui status di Sosial Mediamu. Semoga saja saya bisa menjadi kakak yang amanah untuk kalian. Bisa mengayomi. Tapi satu hal, saya tidak sesempurna seperti yang kalian bayangkan. Saya juga suka egois, marah, emosional, dan hal lain yang mungkin tidak terlintas dipikiran kalian. Dan memiliki kalian adalah sebuah cinta yang dikirim Allah untukku. Ya, saya juga rindu Halaqoh kita. Saat kita duduk melingkar di teras Mesjid Al-Markaz. Mendengar tasbih burung yang menari-nari di atas kepala kita. Lalu-lalang takmir mesjid yang terkadang kehadiran kita mengangganggu jadwal menyapu mereka. Hehehe ... rindu diantar jemput sama kalian, rindu makan pisang kipas sama teh gelas ^_^

Masalahnya yang kuliah di STAIN lagi libur semua, itu yang membuat halaqoh kita jadi vakum dua bulan ini ^_^. Hanya Amira yang di Bone kota. Makanya sering jalan-jalan di Jalan Gunung Bawakaraeng. Saya selalu menantimu di sana ... okey?!!!! Nginap pun tak jadi masalah :)

Perempuan yang Selalu Punya Rindu Untukku. Saya ... juga merindukanmu, rindu kalian semua, adik-adik di Halaqohku. Amira, Rahma, Eka, Nida, Jum ....

 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Soundcloud

Postingan Saya

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © ^_^Bintang Berkaki^_^ -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -